Senin, 30 April 2012

Pura Pasar Agung


Pura Pasar Agung ini berada di punggung barat Gunung Agung. Kita menghadap ke timur atau berhulu ke puncak atau luhur Gunung Agung. Sementara puncak gunung atau di kepundan/kawahnya berada pada ketinggian 3.400 meter di atas permukaan laut. Di lokasi ini ada Pura Puser Tasik, lokasi untuk mulang pakelem.
Pura Pasar Agung Sebudi disanggra warga 16 desa, Kecamatan Selat, serta pangempon ngarep empat desa pakraman terdekat yakni Sogra, Sebudi, Bukit Galah dan Pemaksan Sebun. Saat pujawali diyakini Ida Batara tedun (turun) melihat jagat raya beserta isinya, dan sekaligus menganugerahkan keselamatan, perlindungan, kesejahteraan, kerahayuan serta kesuburan dan hasil panen pertanian yang melimpah.

Pura Luhur Rambut Siwi

Pura Luhur Rambut Siwi terletak di Jalan Denpasar - Gilimanuk di Desa Yehembang, Kecamatan Mendoyo, Kabupaten Jembrana, Bali Indonesia, 18 KM timur Kota Negara dan sekitar 200 meter ke selatan dari Pura Penyawangan ( Pura yang terletak di pinggir jalan utama Denpasar - Gilimanuk, dan selalu di singgahi banyak pengguna jalan yang memohon Yeh Tirtha (air suci) agar mendapatkan keselamatan dalam perjalanan mereka).
Pura Luhur Rambut Siwi di datangi oleh sebagian besar umat Hindu yang ada di Bali saat odalan Pura yang jatuh setiap 210 hari pada Buda(rabu), umanis, wuku prangbakat. Odalan yang jatuh pada hari biasa akan dilakukan Odalan Tingkatan Madia(menengah). Tapi jika bertepatan pada saat bulan Purnama atau Tilem maka akan dilaksanakan Odalan Tingkatan Utama(odalan Nadi).

Pura Pucak Bukit Sinunggal


Pucak Bukit Sinunggal merupakan salah satu Pura Dang Kahyangan yang ada di Bali Utara. Pura ini terletak di Desa Tajun, Kubutambahan.

Menurut sejarahnya yang dalam buku “Pura Bukit Tunggal Dalam Prasasti” disusun Ketut Ginarsa, Balai Penelitian Bahasa, Singaraja, 1979, sebelum tahun 914 Masehi pura ini menjadi milik raja yang dipuja masyarakat Bali Utara pada zaman itu.


Apa dan bagaimana sejarah berdirinya Pura Pucak Bukit Sinunggal itu?
Berdasarkan prasasti Raja Sri Kesari Warmadewa tertanggal 19 Agustus 914, Pura Gunung Sinunggal yang dahulu disebut Hyang Bukit Tunggal terdapat di Desa Air Tabar, daerah Indrapura. Desa Indrapura kini disebut Desa Depaa. Sedangkan yang memelihara Pura Bukit Tunggal itu adalah Desa Air Tabar. Di desa itu terdapat tokoh-tokoh masing-masing Mpu Danghyang Agenisarma, Sri Naga, Bajra dan Tri.
Keempat tokoh masyarakat itu berpangkat Ser Tunggalan, Lampuran. Mereka bertugas mempersatukan masyarakat desa serta melaporkan keadaan dan peristiwa yang terdapat di Desa Air Tabar dan sekitar Pura Bukit Tunggal kepada Sri Paduka Raja Kesari Warmadewa di Istana Singhamandawa. Pada saat itu Istana Singhamandawa terletak di antara Desa Bedulu dan Desa Pejeng sekarang.

Minggu, 29 April 2012

Pura Kahyangan Tiga


Pulau Bali sering dijuluki dengan berbagai-bagai nama oleh wisatawan, di antaranya disebut "Bali, the island of the thousand temples" artinya Bali adalah pulau dengan ribuan buah pura. Kadangkala disebut pula dengan nama pulau dewata atau "the island of Gods" dari beberapa julukan lain yang menarik. Dalam kenyataan memang terlihat banyak pura di Bali dan tersebar di seluruh daerah Bali.


Adanya banyak pura di Bali bukan lah berarti umat Hindu di Indonesia menganut kepercayaan politeistik, melainkan tetap monoteistik karena yang di-stanakan di Pura itu adalah prabawa Hyang Widi sesuai dengan fungsinya.
Kata pura berasal dari kata Sanskerta yang berarti kota atau benteng, artinya tempat yang dibuat khusus dengan dipagari tembok untuk mengadakan kontak dengan kekuatan suci. Tempat khusus ini di Bali disebut dengan nama pura yang berfungsi sebagai tempat suci untuk pemujaan Hyang Widi beserta manifestasinya dan roh suci leluhur.
Berdasarkan bukti-bukti prasasti yang ditemukan di Bali, kata pura untuk menamai tempat suci belum ditemukan pada jaman Bali Kuna. Pada prasasti Turunyan AI tahun 891M disebutkan Sanghyang Turun-hyang artinya tempat suci di Turunyan. Demikian pula di dalam prasasti Pura Kehen A disebutkan pujaan kepada Hyang Karimana, Hyang Api, dan Hyang Tanda. Artinya tempat suci untuk Dewa Karimana, tempat suci untuk Dewa Api dan tempat suci untuk Dewa Tanda. Dan penjelasan prasasti tersebut diketahui bahwa pada jaman Bali Kuna yang berlangsung dari kurun waktu tahun 800 - 1343 M dipakai kata Hyang untuk menyebut tempat suci di Bali.

Pura Kahyangan Jagat


Sesuai arti harafiahnya, Pura Kahyangan Jagat adalah pura yang universal. Seluruh umat ciptaan Tuhan sejagat boleh bersembahyang ke sana. Pura Kahyangan Jagat tersebar di seluruh dunia. Di Bali karena berkaitan dengan sejarah yang berusia panjang, pura Kahyangan Jagat digolong-golongkan dengan beberapa kerangka (konsepsi). Misalnya kerangka Rwa Bineda, kerangka Catur Loka Pala dan sebagainya. 
Umumnya, yang kita sebut dengan jagat, sesuai dengan pengertian leluhur kita adalah Bali. Padahal kini kebanyakan dari kita berpandangan jagat adalah dunia, bahkan ada yang langsung berasumsi bahwa jagat adalah kawasan semesta, lengkap dengan seluruh konstelasi bintang, nebula, komet sampai lubang hitam.


Marilah kita mulai berpikir lebih luas. Bayangkan bahwa Kahyangan Jagat dalam Hindu nanti akan mencakup pura Mandara Giri Semeru Agung di Senduro, Pura Luhur Poten di Bromo, Pura Jagatkerta Gunung Salak di Tamansari, juga Pura Payogan Agung Kutai di Kalimantan, bahkan pura agung Santi Buana di Belgia.


Mungkin tidak lama lagi kita akan punya pura Kahyangan Jagat di tiap benua, bahkan tiap negara, bahkan mungkin di antartika sekali pun. Sebenarnya leluhur kita juga sudah berpikir ke arah sana, karena itu Beliau tidak menamai konsep mereka dengan Kahyangan Bali atau Kahyangan Jawa atau lainnya. Kita inilah yang harus terus mengembangkan diri baik dari sisi sekala mau pun niskala.

Pura Gunung Raung - Taro



Pura Gunung Raung ini terletak di antara banjar Taro Kaja dan banjar Taro Kelod. Pura ini menjadi perbatasan dari kedua banjar tersebut. Desa Taro ini terletak di kecamatan Tegalalang, kabupaten Gianyar.



…acara sang sista, dharma ta ngarannika.

Sista ngaran sang hyang satya wadi,

sang apta, sang patirthan, sang pana
dahan upadesa (Sarasamuscaya 40).



Maksudnya:
Tradisi hidup orang utama yang disebut sang Sista juga disebut Dharma. Orang yang disebut Sista itu adalah orang yang selalu menyatakan kebenaran (Satyavadi), orang yang dapat dipercaya karena cakap dan bijaksana (apta), orang yang menjadi tempat penyucian diri (sang patirthan) dan orang yang selalu mengajarkan pendidikan kerohanian (penadahan upadesa).
Keberadaan Pura Gunung Raung di Desa Taro berhubungan dengan perjalanan Dang Hyang Markandya, seorang resi dari Pasraman Gunung Raung Jawa Timur ke Bali. Sebagai seorang ”dang hyang” yang sudah berstatus orang suci tentunya beliau terpanggil untuk melakukan penyebaran pendidikan kerohanian yang dalam Sarasamuscaya 40 disebut ”panadahan upadesa”. Penyebaran pendidikan rohani tersebut dilakukan untuk membangun umat agar memiliki kemampuan hidup mandiri. Karena kendali kehidupan di dunia ini diawali dengan membangun kesadaran rohani untuk menata kehidupan duniawi.

Candi Agung Gumuk Kancil


Candi Agung Gumuk Kancil berdiri tegak di dataran tinggi Glenmore sekitar 400 meter dari permukaan air laut, tepatnya di Petilasan Maha Rsi Markendya di Dusun Wonoasih Desa Bumiharjo Kecamatan Glenmore Kabupaten Banyuwangi. Candi bermotif Prambanan itu digarap selama 132 hari dengan dana Rp 150 juta. Diresmikan pada 11 Agustus 2002.

Pura Silayukti



Pura Silayukti merupakan salah satu Pura Dang Kahyangan di Bali. Pura ini terletak di sebuah bukit bagian timur Desa Padangbai. Pura ini dipercaya sebagai parahyangan Ida Batara Mpu Kuturan, seorang tokoh yang sangat berjasa dalam menata kehidupan sosial religius masyarakat Bali sekitar abad ke-11 Masehi.

Pura Dasar Buana Gelgel



Berkonsep Kaula Gusti Menunggal,
Penghormatan pada Empu Ghana
Pura Dasar Bhuana di Desa Gelgel, Klungkung merupakan salah satu peninggalan sejarah Klungkung yang dikenal sebagai pusat kerajaan di Bali. Selain sebagai satu-satunya pura dasar yang ada di Bali, pura ini juga memiliki keunikan dan fungsi khusus. Seperti apa keunikan dan fungsi dari keberadaan pura ini?


Pura Dasar Bhuana terletak di Desa Gelgel, Klungkung. Dari Denpasar, berjarak sekitar 42 kilometer. Pura ini berdiri di atas lahan yang cukup luas. Berdiri megah dan tampak asri di pinggir jalan utama Gelgel-Jumpai. Sebagimana umumnya Pura-pura di Bali, Pura Dasar Bhuana memiliki tiga mandala -- Nista Mandala, Madya Mandala dan Utama Mandala. Di bagian Nista Mandala terlihat keangkeran pohon beringin besar yang tumbuh sejak berabad-abad lamanya.

Pura Pucak Mangu


1
Meru tumpang 5
Linggih Betara Pucak Pangelengan
2
Meru tumpang 3
Penyawangan Pura Terate Bang
3
Ulu Lingga Tanggun
Kaja Buana Maya
(Kajaning kaja, Uluning ulu, Utamaning utama).
4
Tepas Lingga
Pelinggih Pengawit
5
Padma Capah
Difungsikan sebagai Padma Tiga
6
Bale Pepelik
Bale Pengayatan / Bale Pengaruman
7
Pelinggih Nyatur Loka
Penyawangan Pucak Reshi atau Pucak Sangkur
8
Bale Piyasan
9
Bale Pesayuban
10
Bale Pesanekan





Upahvare giringan samgthe ca
Nadinam dhiya vipro ajayata.
(Rgveda VIII.6.28)

Maksudnya:
Di tempat-tepat yang tergolong hening, di gunung-gunung dan pertemuan dua sungai, di sanalah orang bijak (viprah) mendapatkan pemikiran yang jernih.


Pura Pucak Mangu mungkin sudah ada sejak zaman budaya megalitikum berkembang di Bali dengan bukti diketemukannya peninggalan Lingga yang cukup besar. Di tempat inilah I Gusti Agung Putu, pendiri Kerajaan Mengwi, melakukan tapa brata mencari keheningan pikiran setelah kalah dalam perang tanding. 

Pura Andakasa


Letak Pura
Di ketinggian sekitar 200 meter dari permukaan laut, Pura Luhur Andakasa tepatnya berada pada posisi geografis 8 derajat 30 LS dan 115 derajat 30' BT. Pura besar ini diwilayahi desa adat Angantelu, di daerah kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem. Dari Denpasar, pura ini dicapai dalam jarak sekitar 60 km - arah ke timur, atau 20 km di timur kota Semarapura - ibu kota Kabupaten Klungkung.


Piodalan / Pujawali / Petoyan
  • Piodalan: Anggara Kliwon Wuku Medangsia.
  • Di samping ada pujawali setiap 210 hari, juga diselenggarakan upacara pecaruan setiap Anggara Kliwon pada wuku Perangbakat, wuku Dukut dan wuku Kulantir.

Pura Batur




Aham bhumim adadam aryaya.
aham vrsthim dasuse martyaya,
aham apo anayam vavasana
mama devaso anu ketam ayam.
(Rgveda IV.26.2). 

Maksudnya: Aku anugerahkan bumi ini kepada orang yang mulia. Aku turunkan hujan yang bermanfaat bagi semua makhluk. Aku alirkan terus gemuruhnya air dan hukum alam yang patut pada kehendak-Ku.


Pura Besakih disebut Pura Purusa, sedangkan Pura Batur disebut Pura Pradana.

Di Pura Besakih, Tuhan dipuja untuk menguatkan jiwa kerohanian umat untuk mencapai kebahagiaan spiritual. Sedangkan di Pura Batur, Tuhan dipuja untuk menguatkan spiritual umat dalam membangun kemakmuran ekonomi.

Tenang secara rohani dan makmur secara ekonomi merupakan dambaan universal setiap umat manusia di dunia ini. Mengapa disebut Pura Purusa dan Predana. Hal ini diceritakan dalam Lontar Usana Bali. Dalam Lontar Usana Bali itu diceritakan secara mitologis bahwa Gunung Mahameru di India sangat tinggi hampir menyentuh langit. Kalau langit sampai tersentuh maka hancurlah alam ini. Karena itu Sang Hyang Pasupati mengambil puncak Gunung Mahameru di India dengan kedua tangannya. Bongkahan Gunung Mahameru itu diterbangkan ke Bali. Bongkahan yang digenggam dengan tangan kanan beliau menjadi Gunung Agung. Sedangkan bongkahan pada tangan kiri beliau menjadi Gunung Batur. Di Gunung Agung distanakan Sang Hyang Putra Jaya (Sang Hyang Maha Dewa). Sedangkan di Gunung Batur distanakan Dewi Danuh. Dewi Danuh itu tidak lain adalah saktinya Dewa Wisnu. Dewa Wisnu adalah Tuhan sebagai dewanya air untuk kemakmuran makhluk hidup.

Pura Pusering Tasik



Bertanyalah di mana pusat dunia kepada warga Desa Pejeng, Gianyar, maka dengan cekatan mereka akan mengatakan bahwa di Pura Pusering Jagatlah tempatnya. Bagi mereka di Pura Pusering Jagatlah awal mula kehidupan dan peradaban dunia. Keyakinan itu kemungkinan besar karena Pusering Jagat memang berarti pusat semesta.

Pura Pusering Jagat memang merupakan pura penting di Bali. Pura ini termasuk satu dari enam pura kahyangan jagat yang berposisi di tengah-tengah. Dalam kosmologi Hindu, tengah adalah sthana (tempat bersemayam) Dewa Siwa.

Pura Luhur Batukaru




Piodalan pada Weraspati, Umanis, Dungulan

Sanghyang Tumuwuh di Pura Batukaru 

Avir Vai nama devata,
rtena-aste parivrta,
tasya rupena-ime vrksah,
harita haritasrajah.
(Atharvaveda X. 8.31). 

Maksudnya:
Warna hijau pada daun tumbuh-tumbuhan karena mengandung klorofil di dalamnya. Zat klorofil itu menyelamatkan hidup. Hal itu ditetapkan oleh Rta yang ada dalam tumbuh-tumbuhan. Karena zat itu tumbuh-tumbuhan menjadi amat berguna sebagai bahan makanan dan obat-obatan.


PURA Luhur Batukaru adalah pura sebagai tempat memuja Tuhan sebagai Dewa Mahadewa. Karena fungsinya untuk memuja Tuhan sebagai Dewa yang menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dengan mempergunakan air secara benar, maka di Pura Luhur Batukaru ini disebut sebagai pemujaan Tuhan sebagai Ratu Hyang Tumuwuh -- sebutan Tuhan sebagai yang menumbuhkan.

Tuhan sebagai sumber yang mempertemukan air dengan tanah sehingga muncullah kekuatan untuk menumbuhkan tumbuh-tumbuhan. Tumbuh-tumbuhan itu akan tumbuh subur dengan daunnya yang hijau mengandung klorofil sebagai zat yang menyelamatkan hidup. Pemujaan Tuhan di Pura Luhur Batukaru hendaknya dijadikan media untuk membangun daya spiritual membangun semangat hidup untuk secara sungguh-sungguh menjaga kesuburan tanah dan sumber-sumber air.

Pura Uluwatu



Utpatti Bhagawan Brahma,

stithi Wisnuh tathewaca.
Pralina Bhagawan Rudrah,
trayastre lokya sranah.
(Buana Kosa. 25) 


Maksudnya:
Tuhan sebagai Dewa Brahma sebagai pencipta Utpati, sebagai Dewa Wisnu menjadi pemelihara atau Stithi dan sebagai Dewa Rudra sebagai pemralina. Tuhan dalam wujud tiga Dewa itulah pelindung bumi.


Pura Luhur Uluwatu ini berada di Desa Pecatu Kecamatan Kuta Kabupaten Badung. Pura Luhur Uluwatu dalam pengider-ider Bali berada di arah barat daya sebagai pura untuk memuja Tuhan sebagai Batara Rudra. Kedudukan Pura Luhur Uluwatu tersebut berhadap-hadapan dengan Pura Andakasa, Pura Batur dan Pura Besakih. Karena itu umumnya banyak umat Hindu sangat yakin di Pura Luhur Uluwatu itulah sebagai media untuk memohon karunia menata kehidupan di bumi ini.

Pura Goa Lawah





Bhatara Tengahing Segara 

Ava divas tarayanti
Sapta suryasya rasmayah.
Apah samudrriya dharaah. (Atharvaveda VII.107.1). 

Maksudnya:
Sinar tujuh matahari itu menguapkan secara alami air laut ke langit biru. Kemudian dari langit biru itu hujan diturunkan ke bumi.
Tuhan menciptakan alam dengan hukum-hukumnya yang disebut rta. Matahari bersinar menyinari bumi. Air adalah unsur terbesar yang membangun bumi ini.

Pura Luhur Lempuyang


Pura ini terletak di puncak bukit Bisbis, termasuk wilayah kecamatan Abang, Kabupaten Daerah Tingkat II Karangasem, sebagai tempat suci untuk memuliakan dan memuja Ida Sanghyang Widhi Wasa dalam perwujudannya sebagai Icwara. Pura ini berstatus sebagai salah satu “Sad Khayangan Jagad” sehingga dengan demikian jelas bahwa pura ini merupakan penyungsungan jagat yg terletak pada arah timur pulau Bali. Dengan demikian dilihat dari segi letak, dapat dijelaskan bahwa fungsi dari pura ini sebagai perlambang untuk menjaga keseimbangan alam semesta.

Pura Pekideh Besakih


Pura Catur Lawa



Pura – pura yang termasuk dalam jajaran Pura Catur Lawa adalah;
1.   PURA RATU PASEK, dengan warna PUTIH selaku penyade/penanggungjawab di Pura Gelap.
2.   PURA RATU PANDE, dengan warna MERAH selaku penyade/penanggungjawab di Pura Kiduling Kreteg.
3.   PURA RATU PENYARIKAN, dengan warna KUNING selaku penyade/penanggungjawab di Pura Ulun Kulkul.
4.   PURA RATU DUKUH, dengan warna HITAM selaku penyade/penanggungjawab di Pura Batumadeg.

Pura Ida Ratu Dukuh Besakih




Pura Dukuh Sakti Catur Lawa Pura Besakih 
Sakti ngarania ikang sarwa jnyana
Sakti
 ngarania ikang sarwa jnyana
lawan
 sarwakarta (Wrehaspati Tattwa.14)
Maksudnya
Sakti
 namanya adalah yang banyak ilmu pengetahuan (sarwa jnyayadan banyak melakukan karya berdasarkan ilmu tersebut (sarwa karta).

MENURUT Pustaka Purana Besakihbahwa Pura Dukuh Sakti di sebelah utara Pura Penataran Agung Besakih tergolong Pura Catur LawaPura Catur Lawa lainnya adalah Pura PasekPura Pandedan Pura PenyarikanDi samping ada Pura Catur Lawa sebagai bagian yang tidak terpisahkan dengan Pura Agung Besakih terdapat pula Pura Catur Dala atau Pura Catur Loka Pala yaitu empat kompleks pura yang menjadi unsur utama dari Pura Besakih.
Pura Catur Loka Pala ini berada di empat penjuru angin dengan Pura Penataran Agung Besakih sebagaisentralnya di tengah-tengahPura Catur Dala atau Pura Catur Loka Pala ini adalah Pura Batu Madeg media pemujaan Batara Wisnu di utara Pura Penataran Agung BesakihPura Gelap media pemujaan Batara Iswara di arah timurPura Kiduling Kreteg media pemujaan Batara Brahma di arah selatanSedangkan di arah barat Pura Ulun Kulkul

Pura Penataran Ida Ratu Bagus Pande Besakih

WARGA Pande tidak lupa nyungsung Pura Besakih dan Pura Penataran Pande di Besakih. Bhisama ini dipesankan dengan tegas oleh Mpu Siwa Saguna kepada Brahmana Dwala di Pura Bukit Indrakila.

Warga pande menyadari bahwa Pura Penataran Ida Ratu Bagus Pande di Besakih memang mempunyai kaitan yang sangat erat dengan Pura Besakih. Gelar abhiseka Ida Batara di Penataran Pande di Besakih justru ditemukan dalam Raja Purana Pura Besakih dan di dalam Babad Dalem Tarukan.

Dalam Raja Purana Pura Besakih dijelaskan bahwa nama abhiseka Ida Batara di Pura Penataran Pande di Besakih adalah Ida Ratu Bagus Pande. Dalam Raja Purana Pura Besakih terdapat uraian yang jelas mengenai abhiseka itu, demikian pula mengenai keterkaitan antara Pura Penataran Pande dengan Pura Penataran Agung, karena Pura Penataran Ida Ratu Bagus Pande di Pura Besakih merupakan salah satu catur lawa yang merupakan satu kesatuan dengan Penataran Agung Pura Besakih.

Pura Ratu Pasek di Besakih


Pura Ratu Pasek Besakih
Pada tahun saka 27 (th.105 M), Gunung Agung meletus dengan sangat hebatnya, entah hal-hal apa yang terjadi pada waktu itu. Beberapa tahun kemudian, tahun saka 31 (th.109 M), Betara Tiga; Hyang Agni Jaya, Hyang Putra Jaya dan Hyang Dewi Danuh beryoga di puncak Tohlanhgkir (puncak Gunung Agung), untuk membersihkan Nusa Bali, tepatnya pada hari Selasa Keliwon Kulantir, dikala bulan Purnama, sasih Kelima, atas kekuatan yoga Betara Tiga, Gunung Agung pun meletus lagi dengan sangat hebatnya.
Memang Dewata telah mengatur sedemikian rupa, setiap upacara besar keagamaan di Bali yang sifatnya umum, Gunung Agung tetap meletus paling tidak akan dengan  pertanda gempa bumi.

Pura Catur Eswarya Dala


Pura – pura yang termasuk dalam jajaran Pura Catur Eswarya Dala adalah;
1.   PURA PENGUBENGAN, sebagai stana Ida Bhatara Sambhu/Hyang Naga Taksaka.
2.   PURA PANINJOAN, sebagai stana Ida Bhatara Sangkara. pura ini dikenal sebagai tempat saat Mpu Kuturan / Rajakertha dalam kapasitas beliau sebagai Senapati Kuturan ketika melakukan peninjauan untuk melihat secara menyeluruh komplek Pura Agung Besakih, tatkala akan melaksanakan perbaikan/penyempurnaan di abad ke 10.
3.   PURA PASIMPANGAN, sebagai stana Ida Bhatara Hyang Rudra. sebagai tempat pemberhentian sementara Ida Bhatara Kabeh datang dari melasti.
4.   PURA PASUCIAN, sebagai stana Ida Bhatara Hyang Mahesora. sebagai tempat pesucian para Dewata Kabeh.
5.   PURA PENATARAN AGUNG, bertempat di hulu/tengah, tempat pelinggih PADMA TIGA. Sebagai stana Ida Bhatara Hyang Siwa Tiga dan Tri Murti yang ada dalam tataran Sapta Mandala.

Pura Catur Loka Pala (Catur Loka Dala)


Pura – pura yang termasuk dalam jajaran Pura Catur Loka Pala (Catur Loka Dala) adalah;

1.    PURA GELAP, dengan posisi di TIMUR Padma Tiga, sebagai stana Ida Bhatara Iswara.
2.    PURA ULUN KULKUL, dengan posisi di BARAT Padma Tiga, sebagai stana Ida Bhatara Mahadewa.
3.    PURA BATU MADEG, dengan posisi di UTARA Padma Tiga , sebagai stana Ida Bhatara Wisnu.
4.    PURA KIDULING KRETEG, dengan posisi di SELATAN Padma Tiga, sebagai stana Ida Bhatara Brahma.

Pura Besakih

Pura Agung Besakih
Pura Agung Besakih, yang terletak di desa Besakih, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem pada ketinggian sekitar 1000 meter di atas permukaan laut, oleh umat Hindu di Indonesia dipandang sebagai pura terbesar dan pusat pemujaan untuk umat Hindu di Indonesia.

Dengan latar belakang gunung Agung menjulang, pura Agung Besakih yang menempati lahan dengan kemiringan cukup tajam ditata sangat indah mengikuti irama kemiringan tanah sehingga terasa sangat padu dengan alam sekitarnya. Bentuk tumpang atap Meru yang menyita pandangan mata tampak akrab dengan bentuk cemara yang semakin mengecil di kejauhan lereng gunung Agung. Sapuan kabut tipis semakin memperkuat kedalaman dimensi di kawasan Pura Agung Besakih.

Jumat, 27 April 2012

Pura Pedharman









Daivadyantamtadiheta
Pitradyantamna tad bhavet.
Pitradyantamtvihhamanah
Ksipram nasyati sanvayah.
(Manawa Dharmasastra.III.205).
Maksudnya:
Hendaknya seseorang itu melakukan upacara Sraddha terlebih dahulu dan berakhir dengan pemujaan para Dewa. Hendaknya jangan berakhir dengan pemujaan leluhur. Karena pemujaan yang hanya berhenti pada pemujaan leluhur akan cepat hancur bersama keturunannya.

Pura Peninjoan

Letak Pura ini agak kebarat-laut dari Pura Batu Madeg, melalui jalan setapak, menuruni lembah dan menyelusuri pinggir sungai kering tegalan penduduk. Perjalanan kurang lebih atarara 15 sampai 25 menit dan kita akan sampai di Pura Peninjoan disebuah bukit kecil. Di sana terdapat sebuah Meru tumpang 9. Dari tempat inilah konon Empu Kuturan meninjau wilayah Desa Besakih yang sekarang menjadi tempat pelinggih-pelinggih di Pura Penataran Agung dan sekitarnya, sewaktu beliau merencanakan pembanguan dan memperluas Pura Besakih ini yang di masa yang lalu tidak sebanyak yang kita saksikan sekarang. 

Pura Tirtha

Tempatnya tidak begitu jauh dan Pura Pengubengan yaitu disebelah timurnya kira-kira 10 menit perjalanan. Di sini terdapat sumbertirtha atau air suci yang dipergunakan bila ada karya-karya agung di Pura Besakih ataupun karya-karya agung di desa-desa pekraman, demikian pula di sanggar-sanggar pemujaan umat seperti di sanggah maupun merajan.

Pura Pengubengan

Pura Pengubengan ini letaknya ke utara dari Pura Penataran Agung melalui jalan setapak kira-kira 30 menit perjalanan. Di sini terdapat pelinggih pokok meru tumpang 11 di samping bale gong, bale Pelik, Piyasan, Candi Bentar dan tembok penyengker
Di sinilah pelinggih Pesamuhan Bhatara Kabeh sebelum Bhatara Turun Kabeh di Penataran Agung.