Minggu, 29 April 2012

Pura Penataran Ida Ratu Bagus Pande Besakih

WARGA Pande tidak lupa nyungsung Pura Besakih dan Pura Penataran Pande di Besakih. Bhisama ini dipesankan dengan tegas oleh Mpu Siwa Saguna kepada Brahmana Dwala di Pura Bukit Indrakila.

Warga pande menyadari bahwa Pura Penataran Ida Ratu Bagus Pande di Besakih memang mempunyai kaitan yang sangat erat dengan Pura Besakih. Gelar abhiseka Ida Batara di Penataran Pande di Besakih justru ditemukan dalam Raja Purana Pura Besakih dan di dalam Babad Dalem Tarukan.

Dalam Raja Purana Pura Besakih dijelaskan bahwa nama abhiseka Ida Batara di Pura Penataran Pande di Besakih adalah Ida Ratu Bagus Pande. Dalam Raja Purana Pura Besakih terdapat uraian yang jelas mengenai abhiseka itu, demikian pula mengenai keterkaitan antara Pura Penataran Pande dengan Pura Penataran Agung, karena Pura Penataran Ida Ratu Bagus Pande di Pura Besakih merupakan salah satu catur lawa yang merupakan satu kesatuan dengan Penataran Agung Pura Besakih.



Lebih jauh dalam Raja Purana Pura Besakih dengan jelas dikemukakan mengenai perjalanan Ida Bhatara. Setiap sepuluh tahun ke Klotok pada saat purnama kapat (sekitar bulan Oktober). Perjalanan ke Yeh Sah setiap 5 tahun sekali, pada saat purnama kadasa (sekitar bulan bulan Juni). Perjalanan ke Tegal Suci setiap empat tahun sekali, pada saat purnama ka kelima (sekitar bulan November).

Keterkaitan antara Penataran Ida Ratu Bagus Pande dan warga Pande dengan Pura Besakih dikemukakan pula oleh peneliti Prancis, Jean Francois Guerpmonprez, dalam desertasi doktoralnya yang berjudul ''Les Pande De Bali'' (1987) yang dikutipnya dari tulisan C. Hooykaas, seorang pakar sejarah dan budaya Bali asal Belanda. Eratnya kaitan warga Pande dengan warga Pasek dengan Pura Besakih tersurat dengan jelas pada Raja Purana Pura Pasar Agung, yang juga merupakan kesatuan dengan Pura Besakih kendati letaknya berjauhan dengan Pura Besakih. 

Purana itu isinya ''kalau engkau ingat akan semua kahyangan jagat, selalu melakukan upacara malik sumpah pada kahyangan, semuanya ingat pada Batara Sesuhunan di Gunung Agung. Demikian pula para punggawa (penguasa zaman dulu) engkau para Pasek, para Pande, yang berhak mempunyai pelinggih (parahyangan atau pura penataran) di Pura Besakih, karena selalu taat sejak semasih di Majapahit, engkaulah yang bertugas memelihara pelinggih-pelinggih Ida Batara di Gunung Agung. Engkau semuanya agar selalu ingat, janganlah hendaknya kamu bertengkar dengan sesamamu, semuanya akan menjadi rusak, akan tetapi kerusakan itu adalah bergantinya zaman (maksudnya: gempa bumi tidak berkeputusan setiap hari, gunung meletus tidak henti-hentinya, bumi belah karena panas yang tak tertahankan, atau hujan tidak berkeputusan, segala yang ditanam mati semuanya, Bali paceklik, kurus kering menunggu ajal. Akibatnya Ida Batara pergi dari Bali, manusia menyangsikan keagungan para dewa''.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar