Jumat, 27 April 2012

Pura Pedharman









Daivadyantamtadiheta
Pitradyantamna tad bhavet.
Pitradyantamtvihhamanah
Ksipram nasyati sanvayah.
(Manawa Dharmasastra.III.205).
Maksudnya:
Hendaknya seseorang itu melakukan upacara Sraddha terlebih dahulu dan berakhir dengan pemujaan para Dewa. Hendaknya jangan berakhir dengan pemujaan leluhur. Karena pemujaan yang hanya berhenti pada pemujaan leluhur akan cepat hancur bersama keturunannya.


Kompleks Pura Besakih di samping sebagai tempat pemujaan para Dewa manifestasi Tuhan Yang Maha Esa dalam berbagai aspek dan fungsinya, terdapat juga kompleks pemujaan para leluhur. Leluhur yang dipuja itu adalah leluhur yang telah mencapai tahap Dewa Pitara. Tempat pemujaan di empat penjuru Pura Penataran Agung Besakih adalah tempat pemujaan para Dewa manifestasi Tuhan. Di timur Pura Gelap sebagai tempat memuja Dewa Iswara. Di selatan Pura Kiduling Kreteg sebagai tempat pemujaan Dewa Brahma. Di barat Pura Hulun Kulkul sebagai tempat pemujaan Dewa Mahadewa dan di utara Pura Batu Madeg tempat pemujaan Dewa Wisnu.
Demikianlah berbagai manifestasi Tuhan yang disebut Dewa atau Batara itu dipuja di berbagai kompleks pura di Besakih. Sedangkan tempat pemujaan para leluhur di Besakih disebut Pura Padharman. Fungsi pura memang ada dua yaitu Dewa Pratistha adalah pura untuk memuja Dewa manifestasi Tuhan. Atma Pratistha pura untuk memuja roh suci leluhur. Di Besakih juga demikian ada pura untuk memuja para Dewa dan ada pura untuk memuja leluhur yang sudah mencapai tahap Dewa Pitara.
Pura Padharman adalah pura untuk memuja leluhur yang sudah suci yang disebut Dewa Pitara. 


Adanya tradisi pendirian Pura Padharman di kompleks Pura Besakih maupun di luar Pura Besakih diperkirakan sebagai pengaruh tradisi Hindu dari Kerajaan Majapahit dari Jawa Timur. Demikian juga halnya dengan Pura Padharman Ida Dalem Klungkung. Pura Padharman Ida Dalem Klungkung ini adalah Pura Padharman yang terbesar di antara Pura Padharman yang ada di kompleks Pura Besakih.
Keberadaan pelinggih di Pura Padharman Ida Dalem Klungkung amat sesuai dengan bunyi teks kutipan Raja Purana Pura Besakihtersebut di atas. Menurut keterangan Drs. Ida Bagus Putu Purwita (sekarang beliau sudah dwijati) bahwa Pura Padharman Ida Dalem Klungkung ini sebelum Gunung Agung meletus Maret 1963 berbentuk Prasada. Palinggih Prasada ini terbuat dari batu bata mirip candi-candi di Jawa. Hanya candi di Jawa menggunakan batu andesit.
Seperti Prasada beratap sebelas dibuat dengan batu bata dan pintu masuknya pada atap pertama bertuliskan ''Sang Hyang Eka Twa Dalem Ketut Kepakisan''. Hal ini menunjukkan bahwa di Prasada beratap sebelas ini adalah Padharman dari raja pertama dari keturunan Mpu Kepakisan dari Jawa Timur yang bergelar Ida Dalem Ketut Krsna Kepakisan. Prasada beratap sembilan sebagai Padharman dari Ida Dalem Sri Semara Kepakisan atau sering disebut Dalem Ketut Ngulesir.
Prasada beratap tujuh juga dibuat dari batu bata sebagai Padharman Ida Dalem Baturenggong. Prasada beratap lima sebagai Padharman Ida Dalem Sagening.
Sedangkan Prasada beratap tiga sebagai Padharman Ida Dalem Dimade. Raja yang bergelar Ida Dalem Dimade inilah sebagai Raja terakhir yang bertahta atau purinya di Gelgel atau Sweca Pura. Saat itu, Puri Ida Dalem di Samprangan disebut Linggarsa Pura.
Setelah Ida Dalem Dimade pusat kerajaan berpindah ke Klungkung dengan purinya disebut Smara Pura. Selanjutnya istilah Pura untuk menyebutkan tempat suci seperti Pura Kahyangan, maka pusat kerajaan pun disebut Puri tidak lagi disebut Pura. Di samping Prasada sebagai pelinggih utama terdapat juga dua Pelinggih Gedong beratap ijuk dan ada Meru Tumpang Lima dan Tumpang Tiga.
Demikian keberadaan pelinggih-pelinggih di Pura Padharman Ida Dalem Klungkung sebelum Gunung Agung meletus bulan Maret tahun 1963. Pada waktu Gunung Agung meletus tahun 1963 pelinggih Prasada tersebut hancur semuanya. Untuk memperbaiki Pura Padharman Dalem Klungkung tersebut digunakanlah Meru. Hanya pelinggih Prasada yang beratap sebelas stana Ida Dalem yang pertama saja dikembalikan bentuknya semula berupa Prasada juga. Sedangkan yang lainnya digunakan pelinggih Meru dengan fungsi sama seperti waktu berbentuk Prasada.


Tentang pendirian Padharman di kompleks Pura Besakih menurut Lontar Padma Bhuwana dimulai sejak tahun Saka 1400 atau tahun 1478 Masehi. Sedangkan menurut Lontar Babad Sukahet pendirian padharman di Besakih tahun Saka 1465 atau tahun 1543 Masehi. Bila tahun ini dihubungkan dengan periodisasi tahun pemerintahan dinasti Sri Krsna Kapakisan di Bali, maka pada tahun-tahun tersebut adalah saat pemerintahan Dalem Baturenggong di Bali yang berkeraton di Gelgel atau Sweca Pura. Demikian dinyatakan dalam skripsi Drs. Ida Bagus Putu Purwita (sekarang beliau sudah dwijati) tentang pengertian Padharman di Bali.
Nampaknya Pura Padharman Ida Dalem Klungkung didirikan oleh setiap generasi dari saat kerajaan berkeraton di Sweca Pura sampai di Smara Pura atau kota Klungkung sekarang. Ida Dalem Dimade sudah distanakan di Pelinggih Prasada beratap tiga adalah raja yang terakhir berkeraton di Gelgel. Ini berarti raja yang mendirikan Padharman untuk Ida Dalem Dimade adalah raja yang berkeraton di Smara Pura. Karena tidak mungkin Ida Dalem Dimade membuatkan pelinggih Padharman untuk diri beliau.
Untuk memuja leluhurnya raja-raja di Bali menggunakan istilah Padharman sebagai pengaruh tradisi Hindu pada Kerajaan Majapahit khusus untuk memuja roh suci leluhur orang-orang yang terkemuka dalam kehidupan masyarakat seperti raja, tokoh masyarakat dan para pandita atau resi. Sedangkan untuk memuja roh suci leluhur atau Dewa Pitara masyarakat pada umumnya menurut Lontar Purwa Bumi Kamulan dan beberapa lontar lainnya digunakan Kamulan Taksu sebagaimana diajarkan oleh Mpu Kuturan.
Kamulan Taksu ini menurut Lontar Siwagama didirikan di setiap hulu pekarangan rumah keluarga Hindu di Bali. Kalau keluarga tersebut meluas dan sampai berkembang minimal sepuluh pekarangan maka pemujaan bersama untuk leluhur itu disebut Merajan Gede. Kalau sampai minimal 20 pekarangan disebut Pura Ibu dan minimal 40 pakarangan disebut Pura Dadia atau Panti.
Untuk pemujaan umat yang satu klan atau satu wangsa disebut Pura Kawitan. Keberadaan sistem Wangsa dalam masyarakat Hindu di Bali untuk menguatkan sistem pemujaan leluhur sebagai tangga untuk memuja Tuhan. Karena pemujaan sebelumnya akan menguatkan pemujaan selanjutnya. Demikian dinyatakan dalam Manawa Dharmasastra. Ini artinya pemujaan leluhur itu untuk menguatkan pemujaan pada Tuhan. Asal jangan berhenti pada pemujaan leluhur saja.
Itu artinya, sistem Wangsa dalam masyarakat Bali bukanlah untuk menentukan stratifikasi sosial dengan paradigma tinggi-rendah (tidak setara antarwangsa yang satu dengan wangsa yang lainnya). Wangsa itu tidak menentukan seseorang itu Brahmana, Ksatria, Waisya maupun Sudra. Sistem Wangsa untuk membangun keakraban atau kerukunan famili, bukan untuk menentukan kasta atau varna seseorang.
Umat dalam satu wangsa itu ada bermacam-macam profesinya. Ada sebagai pandita atau pinandita, ada sebagai birokrat, tentara atau politisi, ada sebagai pengusaha dan ada juga sebagai petani atau buruh.
* Ketut Gobyah

Pedharman Blahbatuh


1Bale Gong
2Panggungan
3Bale Papelik
4Meru Tumpang - 5





Pedharman Ida Dalem Klungkung

(Padharman Ksatrya Dalem Bali )




1Meru Tumpang - 3
2Meru Tumpang - 5
3Gedong
4Gedong Bata
5Meru Tumpang - 3
Ida Dalem Dimade 
6Meru Tumpang - 5
Ida Dalem Sagening
7Meru Tumpang - 7
Ida Dalem Baturenggong
8Meru Tumpang - 9
Ida Dalem Sri Semara Kepakisan
9Meru Tumpang - 11
Ida Dalem Ketut Krsna Kepakisan
10?






Pedharman Telabah Apit Yeh







Pedarman Telabah



1Bale Saka - 6
2Meru Tumpang - 5
3Bale Papelik
4Bebaturan






Pedharman Brahmana Bhujangga Wisnawa


1Bale Gong
2Bale Panca Resi
3Meru Tumpang - 5
4aApit Lawang
4bApit Lawang
5aBale Papelik
5bBale Papelik







Pedharman Badung

1Bale Sekulu
2Bale Papelik
3Meru Tumpang - 5
4Bebaturan





Pedarman Sukahet



1Bale Piyasan
2Bale Papelik
3Meru Tumpang - 5
4Bebaturan




Pedharman Sukawati


1Bale Gong
2Bale Panjang
3Bale Paruman
4Bale Paruman Alit
5Meru Tumpang-7
6Panggungan
7Bale Saka-6




Pedharman Kubontubuh


1Bale Peruman
2Bale Pelinggih Sari
3Meru Tumpang-5






Pedharman Pungakan Wangbang 

1Bale Gong
2Bale Piasan
3Bale Pepelik
4Meru Tumpang-5
5Bebaturan
6Bebaturan
7Gedong
8Bale Perantenan




Pedharman I Gusti Ngurah Mengwi


1Bale Sekulu
2Bale Piyasan
3Bale Gedong
4Bale Pepelik
5Meru Tumpang-7
6Panggungan




Pedharman Kaba-kaba


1Bale Piasan
2Bale Pepelik
3Meru Tumpang-5
4Bale Piasan





Pedharman Pasek 

1Bale Piasan
2Bale Sakulu (Saka-8)
3Bale Menjangan Saluwang
Linggih Mpu Kuturan
4Bale Pelinggih
5Meru Tumpang-7
Linggih Mpu Semeru
6Meru Tumpang-3
Linggih Mpu Gni Jaya.
7Bale Pepelik
8Bale Pelinggih Sari
9Bale Pengaruman
10Bale Lempeh
11Bale Panjang


Tidak ada komentar:

Posting Komentar